Semakin bertambah usia maka semakin tua derajatnya, begitulah sintesa
riwayat usia mahluk yang generalis dengan kehidupan manusia. Namun
tidak bagi HMI, bertambah usia satu tahun malah menambah himpunan ini
semakin produktif, kian kritis dan terus mengabdi untuk kepentingan
umat, bangsa dan negara. Kini HMI menancapkan usianya yang ke 65 tahun
di tahun 2012, dimana setiap tanggal 5 Februari seluruh keluarga besar
HMI se-antero Nusantara akan diingatkan dengan ivent historis perjuangan
sang pahlawan besar dan panglima bagi HMI yakni Kanda Lafran Pane dkk
di Yogyakarta. Dengan gagasan-ggasan besar mereka (baca : Lafran Pane
dkk) telah melahirkan institusi Hijau-Hitam ini sebagai salah satu organ
negara yang siap menembus otoritas masif kekuasaan negara hingga
ke-era pemerintahan saat ini.
Perjuangan kelahiran HMI bukan hanya milik kader HMI semata, akan
tetapi rakyat Indonesia terpanggil untuk memiliki HMI sebagai lembaga
kontrol kekuasaan, dan bersama rakyat memperjuangkan segala
kepentingannya di atas kepentingan elite di negara ini. Kini 65 tahun
sudah HMI bersama rakyat Indonesia dalam membangun kemajemukan dan
integritas negara ini. Ditengah sentiment politik elite kekuasaan
negara yang dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir, telah banyak
mengabaikan dan menepis ekspektasi rakyat baik dalam dalam ekonomi
kerakyatan, kesejahteraan rakyat, maupun mutu pendidikan dan kesehatan
rakyat, demokrasi, perlindungan hukum serta proteksi negara terhadap
rakyat kecil.
HMI sebagai perekat civil society memiliki urgenitas terhadap peran
ke-HMI-an yaitu kontrol sosial dan sistem kontrol pemerintah, yang dapat
berfungsi sebagai peniup peluit (whistle blower) atas setiap anomali-anomali yang terjadi, serta sebagai kelompok penekan (pressure) atas
setiap regulasi dan kebijakan elite yang tidak berorientasi pada
kesejahteraan rakyat. HMI di kala usia ini telah banyak mengisi warna
dengan eksistensi yang berbeda terhadap bangsa ini, tidak menjadikan HMI
letih dan berbalik arah meninggalkan tapak perjuangan yang
dirintihnya, melainkan merapatkan shaf-saf mengisi ruang kosong dalam
barisan perjuangan untuk menembus puncak kejayaan.
Kini HMI berada pada garda depan dalam mengawal agenda mega proyek
rakyat yang dikelola oleh para petinggi di negara ini, dimana
kebijakan-kebijakan sentra pembangunan yang difokuskan untuk
kesejahteraan rakyat terus menjadi fungsi utama himpunan ini dalam
peningkatan daya kontrol kekuasaan. Platform perjuangan ini seperti yang
tersirat dalam tujuan HMI yakni “Terbinanya Insan akdemis,
pencipta pengabdi yang bernafaskan islam dan bertanggung jawab atas
terwujudnya masyarakat adil makmur yang di Ridhoi Allah SWT”.
Berpijak dari fungsinya sebagai organisasi kontrol kekuasaan negara,
maka proporsi ranah perjuangan HMI dalam dunia pemerintahan negara (Government state)
di tuntut untuk menjadi yang terdepan (pelopor) baik dari segi ide,
pelaksanaan hasil institusi terhadap kontrol negara, yang pada
hakikatnya keintelektualan dan kekritisannya tertanggung jawabkan yakni
melalui kerja kebangsaan dan keumatan dalam bentuk pengabdian secara
nyata.
Fase Perjuangan dan Pengabdian HMI
Peran HMI dalam sejarah kehidupan bangsa dan negara Indonesia merupakan
sebuah keniscayaan yang tak terbantahkan. HMI dengan sengaja telah
ikut mewarnai sejarah panjang dinamikan kebangsaan Indonesia.
Perjuangan dan pengabdian HMI terhadap eksistensi negara ini patut di
banggakan pula, karena riwayat fase perjuangan HMI dalam mendorong
pembangunan Indonesia tumbuh seiring dengan penegakan NKRI sebagai satu
kekuatan integrasi bangsa dan negara.
Perjalannan HMI sangat terekam jelas asas perjuangannya dari masa ke
masa, hal ini membuktikan kebenaran perjuangan dalam mengisi rung
kemerdekaan dan pembangunan di negara tercinta ini. Dalam
perjalanannya, HMI memiliki fase kesejarahannya sendiri dalam
interaksinya dengan umat dan bangsa. Prof. Dr. H. Agussalim Sitompul,
sejarawan HMI, malah membagi kesejarahan HMI dalam lima zaman
perjalanan HMI dan 10 fase perjuangan yakni,
Pertama, zaman perang kemerdekaan dan masa kemerdekaan
(1946-1949) yang dibagi dalam fase konsolidasi spiritual dan proses
berdirinya HMI (November 1946-5 Februari 1947), fase berdiri dan
pengokohan (5 Februari-30 November 1947), dan fase perjuangan
bersenjata dan perang kemerdekaan, dan menghadapi pengkhianatan dan
pemberontakan PKI I (1947-1949).
Kedua, zaman liberal (1950-1959). Pada masa ini HMI sibuk
membina dan membangun dirinya sehingga menjadi organisasi yang solid
dan tumbuh membesar.
Ketiga, zaman organisasi terpimpin atau zaman Orde Lama
(1950-1965). Zaman ini dibagi dua fase, yakni fase pembinaan dan
pengembangan organisasi (1950-1963), dan fase tantangan I (1964-1965).
Pada fase tantangan I, HMI menghadapi upaya pembubaran oleh Partai
Komunis Indonesia (PKI) yang dihadapi HMI dengan strategi PKI
(Pengamanan, Konsolidasi, dan Integrasi). Pada masa ini juga Ketua HMI,
Mar’ie Muhammad pada 25 Oktober 1965 berinisiatif mendirikan KAMI
(Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia).
Keempat, zaman Orde Baru (1966-1998). Zaman ini dibagi ke dalam
fase kebangkitan HMI sebagai pejuang Orde Baru dan pelopor kebangkitan
angkatan 66 (1966-1968), fase partisipasi HMI dalam pembangunan
(1969-sekarang), dan fase pergolakan dan pembaruan pemikiran
(1970-1998) yang “gong”-nya dilakukan Nurcholish Madjid (Ketua Umum PB
HMI ketika itu) dengan menyampaikan pidatonya dengan topik “Keharusan
Pembaruan Pemikiran dalam Islam dan Masalah Integrasi Umat” tahun 1970
di Taman Ismail Marzuki.
Kelima, zaman reformasi (1998 - sekarang). Zaman ini dibagi
dalam fase reformasi (1998-2000) dan fase tantangan II (2000-sekarang).
Dalam fase tantangan II HMI dituntut dapat terus eksis meskipun
alumninya banyak tertimpa musibah dan HMI digerogoti berbagai macam
permasalahan termasuk konflik internal di HMI sendiri.
Kelima fase zaman perjuangan tersebut di atas, HMI tak berhenti
bergerak dan terus berbuat untuk kemerdekaan dan mengisi pembangunan di
negara ini. Ini bukti faktual perjuangan HMI dalam mengabdikan diri
dalam membela negara, memperjuangkan hak-hak rakyat, serta menjaga
kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Proyeksi Masa Depan dan Tantangan HMI
Yang dihadapi oleh umat Islam dan rakyat Indonesia saat ini akan begitu
berbeda dengan apa yang dihadapi oleh umat Islam dan rakyat terdahulu.
Dalam beberapa kurun waktu terakhir, sederet persoalan empirik kian
ramai muncul mewarnai potert kebangsaan dan keumatan tanpa solusi yang
ampuh. Keterbelakangan, kebodohan, kemiskinan, ketidakadilan, hak asasi
manusia, demokrasi, lingkungan hidup, penindasan dan sederat persoalan
lainnya datang silih berganti. Kini semakin memperkuat Tanggung jawab
besar HMI untuk merespos secara dinamis akar problem yang dimaksud.
Guna mengeluarkan negara ini dari titah belenggu persoalan tersebut.
Tentu ini tidak mudah, butuh proyeksi dini dan kematangan himpunan
untuk terus melakukan logika kontrol secara masif dan komprensif dalam
kiprahnya ke depan.
Akbar Tanjung dan Nurcholish Madjid pernah mengatakan bahwa kiprah HMI
dalam perjuangan sangat aktif, melebihi organisasi mahasiswa yang lain.
Dimana HMI sampai dengan usia ini, lebih menghadirkan dirinya di
tengah-tengah masyarakat Indonesia sehingga keduanya pun mengatakan
tidak berlebihan kalau dikatakan sejarah HMI adalah bagian logis dari
sejarah bangsa Indonesia (dalam Ali, 1997; Madjid, 1990). HMI adalah
organisasi besar, organisasi tertua di Indonesia, kaya pengalaman,
pencetak para raksasa intelektual, banyak anggota dan alumni dan
sebagainya. Tentu motifasi Akbar Tanjung dan Cak Nur di atas, tidak
melebihi sebuah pesan perjuangan dengan nilai sprit institusi yang kuat
bagi kader intelektual HMI masa kini agar niscaya dengan semangat
ikrarnya terus melakukan perubahan, siap mengawal tantangan masa depan
dan giat melakukan aksi nyata bagi kemajuan bangsa dan negara ini.
Selain itu, proyeksi HMI masa depan juga dipandang berbeda oleh para
pembesar HMI lainnya. Dengan melihat kondisi riil negara dan HMI saat
ini yang semakin kompleksitas, maka sejarawan HMI, Prof. DR. H.
Agussalim Sitompul (2008) juga ikut merumuskan tantangan internal
maupun eksternal dalam proyeksi HMI kedepan, Pertama, HMI akan
tetap eksis dan bangkit kembali dari kemunduran dan keterpurukan yang
melanda selama lebih kurang 25 tahun terakhir. Hal ini dapat dicapai
apabila HMI mampu melakukan perubahan, dengan agenda-agenda perubahan
mendasar yang selama ini didukung dengan pondasi-pondasi penyangga HMI.
Kedua, HMI status qou. Keberadaan HMI akan tetap seperti
sekarang dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Hal ini akan
terjadi manakala HMI enggan melakukan perubahan, dan tantangan yang
dihadapinya tak kunjung terselesaikan. Bahkan kondisi saat ini akan
lebih parah lagi untuk masa-masa mendatang, apabila HMI tetap merasa
dirinya sebagai organisasi mahasiswa terbesar dan tertua di Indonesia
sebagai kesombongan historis yang kini menghinggapinya. Lebih daripada
itu HMI tidak mau mendengar dan memperhatikan kritik yang konstruktif
baik dari luar maupun dari intern HMI yang banyak dialamatkan pada HMI.
Dimana kritikan dan saran perbaikan itu oleh PB HMI, Badan Koordinasi,
Cabang-cabang, Koordinator Komisariat dan Komisariat-komisariat HMI di
seluruh Indonesia dianggap angin lalu saja.
Ketiga, HMI akan hilang dari peredaran untuk tidak dikatakan
bubar. Hal ini terlihat dimana hingga kini belum ada tanda-tanda
perubahan ke arah perbaikan yang semestinya sesuai dengan tuntutan
kontemporer.
Proyeksi sejarawan HMI yang dirumuskan diatas pula, tak ubahnya menjadi
tugas besar dan pekerjaan rumah (home work) bagi kader dan himpunan
ini kedepan. Karena masa depan HMI dan harapan seluruh masyarakat
Indonesia akan terlahir dari eksistensi gerakan dan perjuangan massif
himpunan ini. Tentunya sebuah harapan besar akan perubahan akan
ternantikan disana. Oleh karena itu, dengan lahirnya sprit momentum Dies
Natalis/ Milad HMI ke-65 tahun kali ini, yang jatuh pada Minggu, 5
Feburari 2012 diharapkan mampu segera berubah untuk kembali bangkit dan
berperan untuk kepentingan umat dan bangsa di masa depan. Sebagai
penutup, dengan sedikit meminjam ungkapan Sulastomo (2008) sebagai kader
umat dan kader bangsa guna mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang
diridhoi Allah SWT. Amien.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar